Thermistor (NTC dan PTC): Pengertian, Fungsi, Karateristik dan Prinsip Kerjanya
Pengertian dan Karakteristik Thermistor - Thermistor merupakan jenis resistor yang nilai resistansi atau hambatannya dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor yang merupakan singkatan dari "Thermal Resistor" memiliki arti yaitu Tahanan (Resistor) yang berkaitan dengan Panas (Thermal).
Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient) dan Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient). Kedua jenis thermistor ini memiliki fungsi sama yang bisa mengubah nilai suhu, tetapi memiliki cara kerja yang berlawanan.
Sesuai dengan namanya, nilai resistansi thermistor NTC dapat mengalami penurunan jika suhu yang berada di sekitar Thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding terbalik atau negatif). Namun jika suhu tersebut (berbanding lurus atau positif) maka akan semakin tinggi pula nilai resistansinya.
Komponen elektronika yang peka terhadap suhu ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan inggris yang bernama Michael Faraday pada 1833. Thermistor yang ditemukannya tersebut merupakan Thermistor jenis NTC (Negative Temperature Coefficient).
Michael Faraday menemukan adanya penurunan Resistansi yang signifikan pada bahan silver sulfide ketika suhu dinaikkan. Namun Thermistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930. Samuel Ruben adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Amerika Serikat.
Simbol dan Gambar Thermistor PTC dan NTC
Berikut simbol dan gambar komponen thermistor PTC dan NTC :
Karakteristik Thermistor PTC dan NTC
Contoh perubahan nilai resistansi thermistor saat terjadinya perubahan suhu disekitarnya (dikutip dari Data Sheet sala satu produsen Thermistor MURATA Part No. NXFT15XH103. Thermistor NTC tersebut bernilai 10kΩ pada suhu ruangan (25°C), tetapi akan berubah seiring dengan perubahan suhu disekitarnya.
Pada -40°C nilai resistansinya akan menjadi 197.388kΩ, saat kondisi suhu 0°C nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27.445kΩ, pada suhu 100°C akan menjadi 0.976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun menjadi 0.532kΩ. Jika digambarkan, maka Karakteristik Thermistor NTC tersebut adalah seperti dibawah ini :
Umumnya, Thermistor NTC dan PTC merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai sensor pada rangkaian elektronika yang berhubungan dengan suhu. Suhu operasional Thermistor berbeda-beda tergantung pada produsen thermistor itu sendiri.
Beberapa aplikasi Thermistor NTC dan PTC di kehidupan kita sehari-hari antara lain sebagai pendeteksi Kebakaran, Sensor suhu di Engine (Mesin) mobil, Sensor untuk memonitor suhu Battery Pack (Kamera, Handphone, Laptop) saat Charging, Sensor untuk memantau suhu Inkubator, Sensor suhu untuk Kulkas, sensor suhu pada Komputer dan lain sebagainya.
Thermistor NTC atau Thermistor PTC merupakan komponen Elektronika yang digolongkan sebagai Komponen Transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi lainnya. Dalam hal ini, Thermistor merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu) menjadi hambatan listrik. Thermistor juga tergolong dalam kelompok Sensor Suhu.
Fungsi Thermistor pada Komponen Elektronika
Berikut beberapa fungsi dari thermistor dalam rangkaian elektronika :
1. Sensor Suhu
Thermistor atau thermal resistor ini dapat berfungsi sebagai sensor suhu yang banyak digunakan pada beberapa perangkat elektronika. Dibanding dengan jenis sensor suhu yang lain, thermistor merupakan jenis sensor suhu yang paling akurat dalam jangka panjang.
2. Pembatas Lonjakan Arus
Fungsi thermistor yang lainnya adalah thermistor mampu membatasi lonjakan arus untuk menghindari terjadinya kerusakan pada komponen dan mencegah sekring atau juga circuit breaker mengalami putus atau trip. Jenis thermistor yang dapat digunakan untuk membatasi lonjakan arus adalah thermistor NTC.
3. Proteksi Sirkuit
Komponen thermistor juga dapat digunakan sebagai pengganti sekring. Jenis thermistor yang dapat digunakan untuk menjalankan fungsinya sebagai proteksi sekring adalah thermistor PTC.
Cara Kerja Thermistor (Thermal Resistor)
Untuk melengkapi pembahasan ini, kami juga akan menjelaskan bagaimana cara kerja thermistor lebih rinci lagi. Cara kerja thermistor memang akan menyesuaikan perubahan nilai (hambatannya) berdasarkan besar kecilnya suhu. Suhu tersebut nantinya akan mengenai bagian dari komponen thermistor.
Dengan demikian akan langsung terjadi perubahan nilai resistansi di dalamnya. Pendeteksi suhu pada komponen thermistor ini umumnya berada pada bagian komponennya sendiri.
Pada umumnya, ada dua sistem aplikasi kerja yang bisa diterapkan pada thermistor, yaitu pemanasan internal dan pemanasan eksternal. Untuk lebih jelasnya mari simak pembahasan singkat mengenai perbedaan dari kedua sistem tersebut:
1. Sistem Pemanasan Internal
Sistem pemanasan internal akan membuat thermistor bisa panas secara otomatis ketika dialiri oleh arus listrik. Sistem pemanasan internal ini seringkali digunakan pada rangkaian input power supply, salah satunya yang menggunakan thermistor jenis NTC (Negative Temperatur Coefficient).
Seiring dengan besarnya arus yang mengalir dan jangka waktu pemakaian yang cukup lama maka untuk nilai resistansi (hambatan) dari komponen NTC akan menyesuaikannya. Dengan begitu thermistor ini bisa mendapatkan fitur slow start ketika pertama kali masuk pada tegangan listrik 220 VAC.
2. Sistem Pemanasan Eksternal
Sistem pemanasan eksternal akan membuat komponen thermistor mampu mendeteksi panas dari luar. Sistem ini pada umumnya mempunyai prinsip kerja sebagai sensor suhu. Thermistor ini sendiri akan mendeteksi secara otomatis perubahan suhu yang menjadi nilai hambatannya.
Penggunaan dengan sistem eksternal ini umumnya ada pada lempengen pendingin (heatsink) atau dari badan komponen-komponen lainnya seperti IC dan juga transistor. Sistem ini biasa digunakan pada suatu rangkaian proteksi. Seperti misalnya power amplifier dan lain sebagainya.
Prinsip Kerja Thermistor
Prinsip kerja thermistor dipengaruhi oleh resistansi yang bergantung pada perubahan suhu. Resistansi pada thermistor bisa diukur menggunakan Ohmmeter. Jika hubungan yang tepat antara perubahan suhu terhadap pengaruh resistansi thermistor, maka dengan mengukur resistansi thermistor sehingga dapat menurunkan suhu.
Seberapa besar perubahan resistansi tergantung pada jenis bahan yang digunakan dalam thermistor. Hubungan antara suhu dan resistansi thermistor tidak terjadi secara linier. Jika thermistor dengan grafik suhu di atas, maka bisa dengan mudah mensejajarkan resistansi yang diukur oleh Ohmmeter dengan suhu yang ditunjukkan pada grafik.
Dengan menggambar garis horizontal dari resistansi pada sumbu y, serta menggambar garis vertikal turun dari garis horizontal ini bersinggungan dengan grafik, maka dapat menurunkan suhu thermistor.
Contoh Penggunaan Thermistor Pada AC (Air Conditioner)
Thermistor pada AC berfungsi sebagai saklar otomatis dimana dengan adanya perubahan nilai tahanan pada thermistor maka dapat menyebabkan AC akan bekerja sesuai pengaturan.
Ketika suhu atau temperatur ruangan tersebut telah mencapai nilai yang sudah diatur, maka thermistor akan mengirim sinyal ke PCB modul untuk memutuskan arus listrik yang menuju ke unit outdoor. Sehingga AC akan berhenti bekerja dan beristirahat untuk beberapa menit.
Saat sewaktu-waktu suhu naik kembali, thermistor akan mengirimkan sinyal kembali untuk memerintahkan mesin kompresor kembali bekerja lagi. Dengan begitu dapat mencegah panas berlebih (overheat) pada kompresor.
Pada unit AC, alat thermistor terletak pada bagian indoor dan memiliki socket penghubung ke bagian komponen PCb modul, yang mana socket ini memiliki ukuran yang berbeda-beda pada masing-masing merk AC.
Demikianlah penjelasan mengenai pengertian, simbol, prinsip, fungsi dan karakteristik Thermistor. Semoga penjelasan di atas dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terimakasih.
Posting Komentar